Rabu, 21 Maret 2018

SEPEKAN KE MA'HAD Al UMMAH PERAK, MALAYSIA



Ada pengalaman yang sangat menarik saat saya bersama sebanyak 7 santri MA Diniyyah Al Azhar (DIAZ) Muara Bungo melaksanakan kegiatan Program Pengabdian Masyarakat (PPM) pada tanggal 3.s.d 14 November 2018 di Ma'had Al Ummah, Negeri Perak, Malaysia. Sebuah perbedaan bahasa dan budaya ternyata tidak menyurutkan semangat komunikasi dan interaksi para santri DIAZ yang notabene belum pernah menginjak negara lain. Tidak ada sedikit ketakutan dan kecanggungan dari tapi semangat menjadi ukhuwah dan silaturahim telah mengikat hubungan persahabatan antar para pelajar yang berbeda bangsa ini.
Hubungan emosional yang kuat selama mereka melaksanakan PPM dengan para santri disana telah meninggalkan rasa haru dan bangga saat mereka sudah harus mengakhiri kegiatan PPM dan kembali ke tanah air.
Pengetua Ma'had Al Ummah Ust Abdul Azis bin Musa mengaku sangat tertarik dengan program yang dikembangkan MA Ponpes DIAZ ini dalam membangun mentalitas antar bangsa, khususnya negeri yang serumpun.
"Kita akui, para santri yang melaksanakan kegiatan PPM disini, bagus-bagus kualitasnya, mudah-mudahan mereka sukses menggapai cita-cita mereka kedepan", ujarnya.
Selain mengunjungi ma'had al ummah, santri PPPM Diaz juga berkunjung ke Ma'had Al Barkah






Jumat, 26 Januari 2018

Kajian Biologi, Jilbab Bukti Kemajuan Nilai Islam


Banyak kalangan muslimah yang pro dan kontra jika disuruh berjilbab sesuai tuntunan syariah Islam. Beragam dalih digunakan untuk membenarkan prilaku yang mereka lakukan. Kalangan pro beranggapan wajib bagi kaum wanita yang mengaku dirinya muslimah untuk berjilbab sesuai dengan perintah yang tercantum dalam al quran dan hadist. Jika tidak dilakukan, maka muslimah tersebut dianggap berlaku dosa pada dirinya dan juga orang lain (baca: kaum laki-laki) yang telah diberi kebebasan cuma-cuma melihat auratnya. Sementara itu, kalangan kontra beranggapan persoalan jilbab adalah persoalan pribadi. Lagipula negara Indonesia bukanlah negara agama dimana segala sesuatu yang berbau syariat harus diterapkan pada setiap individu muslim.

Sebenarnya persoalan jilbab bukanlah persoalan agama semata tapi juga merupakan salah satu persoalan identitas kemajuan makhluk hidup dalam pandangan ilmu biologi. Evolusi yang merupakan salah satu cabang ilmu biologi menyatakan suatu makhluk hidup akan memiliki tingkat kemajuan peradaban yang tinggi jika salah satunya adalah organ-organ reproduksinya semakin terlindungi dari dunia luar. Pada tingkatan kingdom plantae (kerajaan tumbuhan), kelompok angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) merupakan kelompok yang dianggap paling maju karena organ-organ reproduksinya tertutup oleh bunga. Sedangkan pada kingdom animalia (kerajaan hewan), manusia merupakan spesies yang paling maju diantara spesies lain-lainya. Dalam hal ini, jilbab merupakan suatu kiasan lapisan pelindung bagi manusia teriutama kaum muslimah agar organ-organ yang menjadi penarik rangsangan seksual terlindung dari gangguan dunia luar.
Dalam ilmu biologi, evolusi merupakan cabang ilmu yang mempelajari perubahan makhluk hidup mulai dari tingkat paling sederhana hingga tingkat yang paling kompleks untuk mencapai tingkat yang paling maju diantara mahkluk lainnya. Dalam ilmu evolusi ini, kelompok tumbuhan primitif diwakili oleh bangsa lumut. Hal ini disebabkan bangsa lumut belum memiliki organ pelindung yang komplek untuk melindung bagian archegonium (kelamin betina) dan anteridium (kelamin jantan) yang hanya baru terdapat pada tubuh bagian atas. Posisinya yang terlihat dari dunia luar mempermudah air untuk membantu proses perkawinan secara terbuka dengan mengantarkan serbuk anteridium ke bagian archegonium.
Setelah bangsa lumut, kelompok yang agak lebih maju adalah bangsa paku. Kelompok ini berkembang biak dengan spora yang terletak pada posisi bagian bawah daun khusus yang disebut daun sporofil. Walaupun sudah agak terlindung pada bagian atasnya tapi bagian bawahnya masih terbuka dengan dunia luar sehingga paku dianggap masih tergolong kelompok primitif bersama dengan lumut.
Tingkatan mahkluk yang lebih maju dari lumut dan paku adalah dari kelompok Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka). Contoh tumbuhan ini adalah; pakis haji, melinjo, pinus, dan damar. Kelompok angiospermai ini berkembang biak dengan biji yang terletak terselip pada daun khusus yang dikenal dengan strobillus (daun buah). Dibandingkan dengan lumut dan paku, posisi biji pada strobillus lebih agak terlindung dari dunia luar, walaupun masih ada celah udara sedikit diantara lembaran-lembaran strobillus.
Berbeda dengan tumbuhan Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup), posisi biji benar-benar terlindung secara khusus melalui organ bunga. Contoh tumbuhan ini diwakili oleh tumbuhan dikotil dan monokotil seperti mangga, durian, pinang, dan sebagainya. Posisi biji terbentuk pada tanaman ini saat bagian ovary yang tersimpan dalam putik (sel kelamin betina) bertemu dengan serbuk sari yang dilepaskan oleh benang sari (sel kelamin jantan).
Pertemuan berlangsung tertutup melalui suatu pembuluh khusus sepanjang bagian dalam putik. Tidak hanya dilindungi oleh lapisan putik, organ pelindung lain yang ikut berperan adalah lembaran-lembaran mahkota dan kelopak. Lembaran-lembaran ini juga melindungi benang sari bersama dengan putik dari dunia luar. Keberadaan bunga dengan lembaran-lembaran mahkota dan kelopaknya sebagai pelindung sel-sel reproduksi merupakan suatu bukti kemajuan tumbuhan angiospermae dibandingkan kelompok tumbuhan lainnya.
Dalam dunia hewan posisi manusia juga dianggap paling maju karena memiliki bobot otak yang lebih besar dibandingkan hewan-hewan lain. Bobot otak secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat kecerdasan dan kemajuan makhluk hidup dari sisi evolusi. Dengan kecerdasan yang dimilikinya, manusia mempunyai kemampuan mandiri untuk menutupi bagian tubuhn yang dianggap sensitif dan vital.
Pada masa lalu, homo erectus (manusia kera) dan manusia-manusia purba lainnya baru mampu sebatas menutupi bagian bawah perutnya dengan memakai pelindung sejenis koteka. Pada masa homo sapiens (manusia modern) seperti saat sekarang ini manusia sudah memakai pakaian khusus yang menutupi seluruh bagian tubuhnya yang sensitif. Meskipun masih ada sebagian komunitas yang memakai koteka dalam kehidupannya, namun dalam pandangan sosial dianggap masih terbelakang. Pada masa homo sapiens ini nilai etika dan perasaan malu menjadi aturan hidup dalam pergaulan. Hal-hal sensitif yang berbau reproduksi (baca: aurat) harus ditutup agar tidak memancing kriminalitas dalam kehidupan sosial.
Bagaimanakah dengan persoalan jilbab ? Jilbab dalam kamus Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan Nasional adalah kerudung lebar yang menutupi kepala, leher dan dada. Walaupun sedikit berbeda definisinya oleh sebagian ahli fiqh, jilbab merupakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh wanita yang dianggap aurat dalam pandangan Islam.
Namun tak dapat dipungkiri, bahwa rambut, leher dan dada termasuk bagian yang sangat sensitif atau penarik dalam pandangan kaum pria. Karena dianggap penarik/pemikat  lawan jenis maka dalam ilmu biologi dianggap merupakan organ-organ reproduksi yang seharusnya dilindungi dari dunia luar. Atau dikenal juga organ sensitif pemikat..Sama halnya dengan putik dan benang sari, karena merupakan bagian terpenting dalam perkawinan serbuk sari dan ovary (bagian dalam putik) untuk membentuk biji maka oleh mahkota dan kelopak bagian tersebut tetap dilindungi oleh tumbuhan angiospermai.
Jika melihat perkembangan zaman akhir-akhir ini, secara IPTEK sudah memiliki tingkat kemajuan yang tinggi dibandingkan masa sebelumnya. Hanya saja perkembangan IPTEK tersebut tidak diiikuti manusia dengan perkembangan nilai sosial dan etikanya dalam kehidupan yang berdampak pada tingginya angka kriminalitas dalam kehidupan. Alam telah memberikan gambaran betapa pentingnya makhluk hidup melindung secara rapat organ-organ reproduksinya dari dunia luar agar terhindar dari hal-hal yang membahayakan hidupnya.
Namun pemikiran seperti ini belum dipahami secara mendalam oleh manusia secara keseluruhan sebagai tingkat yang paling maju melihat persoalan alam sekitarnya. Islam ternyata telah mempunyai aturan khusus bagi umatnya untuk menjalani kehidupan. Bagi kaum laki-laki dan wanita punya batasan tertentu yang dianggap organ-organ reproduksinya (aurat).
Wanita Islam atau muslimah punya aturan khusus lagi perlunya memakai jilbab setiap bertemu dengan orang yang bukan pihak keluarganya. Jika mereka ingin menikah, ada aturan khusus yang harus dilakukan dengan menemui pihak orang tuanya. Sama dengan halnya serbuk sari yang hendak menemui ovary. Perlu jalan khusus yang telah disediakan sepanjang putik sehingga tidak terjadi gangguan dari dunia luar.
Tentunya manusia lebih maju dari tumbuhan angiospermae dari sisi etika, rasa malu dan pergaulan sosial sehingga sudah seharusnya manusia mampu mempelajari semua yang terjadi tersebut. Mempelajari untuk kemaslahatan dalam perjalanan hidupnya diatas muka bumi ini. Segala sesuatu yang berbau aurat sudah selayaknya ditutup seperti yang dilakukan oleh tumbuhan angiospermae sebagai tumbuhan yang dianggap paling maju. Mampukah manusia mengalahkan kemajuan angiospermae, semuanya dikembalikan pada individu masing-masing untuk memposisikan dirinya sendiri.
Posted by : Sunandar,S.Si (Guru Biologi MAS Pesantren Diniyyah Al Azhar Muara Bungo-Jambi)
Tulisan ini sudah diterbitkan koran harian Jambi Ekspres pada kolom Untukmu Guruku pada tanggal  9 Oktober 2009.

Penemuan Prion, Membuka Pintu Tabir Alam Ghaib


Pasca penemuan Prion oleh ahli biologi Amerika Serikat (AS) Stanley Prusiner tahun 1997 telah membuka kebuntuan stagnasi sains selama 60 tahun lebih yang selama ini menganggap virus sebagai makhluk paling kecil di dunia. Virus dengan ukuran rata-rata 0,02 – 0,03 mikron meter (baca : 0,00000002 – 0,00000003 meter ) ternyata masih kalah lebih kecil lagi dari dua hasil penemuan Stanley yaitu viroid dan prion. Ukuran jenis viroid lebih kecil dari virus tapi masih kalah lebih kecil lagi dibandingkan prion. Namun kedua makhluk ini mempunyai sifat yang sama dengan virus yaitu sama-sama patogen (baca: parasit yang menimbulkan penyakit) pada makhluk hidup lain seperti manusia, hewan dan tumbuhan.
Penulis disini tidak bermaksud menjelaskan secara mendetail apa yang ditemukan oleh Stanley tersebut tapi sedikit memotivasi kita semua bahwa sedikit demi sedikit tabir alam ghaib (alam yang tak mampu dilihat kasat mata) semakin terkuak oleh teknologi manusia. Mulai dari penemuan bakteri, virus, viroid dan prion adalah suatu hasil penemuan yang sulit dilihat dengan mata normal manusia tapi membutuhkan alat canggih yang mampu memperbesar sekian ratus bahkan ribuan kali dari ukuran sebenarnya.
Pertanyaan ini tentu sangat menggelitik bagi kita terlepas dari pemahaman keagamaan manapun, namun secara logika penemuan-penemuan manusia memang semakin mengungkit keberadaan alam ghaib di sekitar kita. Alam ghaib tidak selalu diartikan sebagai alamnya jin dan para malaikat tapi dari asal katanya, definisi ghaib lebih dekat kepada alam yang sangat halus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang (mata manusia normal). Dengan pembuktian keberadaan alam ghaib secara IPTEK tentu akan menambah motivasi keimanan bagi insan yang beragama dalam mengamalkan perintah tuhannya.
Penemuan-penemuan dari hasil IPTEK melalui bantuan mikroskop telah banyak membantu manusia mengetahui adanya alam lain di luar kasat mata manusia. Awal mulanya pada masa Aristoteles, manusia hanya mengenal kerajaan makhluk hidup atas dua dunia (kingdom) saja yaitu kingdom animalia (hewan) dan kingdom plantae (tumbuhan). Seiring perkembangan IPTEK, pendapat ini terus mengalami pergeseran melalui penemuan mikroskop dan kemajuannya.
Masa Ernst Haekel, kingdom makhluk hidup menjadi lebih bertambah atas empat kingdom yaitu; animalia, plantae, protista dan monera. Kelompok Protista merupakan kelompok yang memiliki membran inti sel (eukaryotik) dan umumnya bersel banyak tapi tidak mempunyai jaringan yang sudah terspesialisasi. Diantaranya diwakili oleh berbagai jenis amuba, plasmodium, euglena dan alga. Sedangkan kelompok Monera merupakan kelompok yang belum memiliki membran inti sel (prokaryotik) dan bersel satu yang diwakili oleh berbagai jenis Bakteri dan Cyanobacteria.
Masa Ernst Haekel, kingdom makhluk hidup menjadi lebih bertambah atas empat kingdom yaitu; animalia, plantae, protista dan monera. Kelompok Protista merupakan kelompok yang memiliki membran inti sel (eukaryotik) dan umumnya bersel banyak tapi tidak mempunyai jaringan yang sudah terspesialisasi. Diantaranya diwakili oleh berbagai jenis amuba, plasmodium, euglena dan alga. Sedangkan kelompok Monera merupakan kelompok yang belum memiliki membran inti sel (prokaryotik) dan bersel satu yang diwakili oleh berbagai jenis Bakteri dan Cyanobacteria.
Penemuan bakteri dan cyano bakteria ini sangat berbeda dari makhluk hidup lainnya karena tidak dilakukan melalui mata telanjang tapi melalui mikroskop yang dibuat pertama kali oleh Antonie Van Leuwenhock pada abad ke-19. Awal pembuatan, perbesarannya baru mencapai sekitar 40 kali hingga 400 kali tapi sudah mampu melihat bakteri yang berukuran panjang 1-10 mikron meter dan lebar 0,7-1,5 mikron meter.
Pada awal abad 20, mikroskop semakin terus dikembangkan hingga mencapai perbesaran 500 ribu kali dari ukuran sebenarnya. Hal ini merangsang ilmuwan untuk menemukan makhluk yang lebih kecil dari bakteri yaitu dengan ditemukannya virus. Meskipun cikal-bakal penemuan virus sudah terjadi tahun 1883 oleh Adolf Meyer namun kepastian pembuktian baru dilakukan tahun 1935 oleh Wendel Stanley. Mikroskop pada masa ini sudah jauh beda bentuknya dari apa yang dirancang oleh Antonie Van Leuwenhock dimana sudah beralih dari mikroskop cahaya ke mikroskop elektron.
Penemuan virus juga telah menghancurkan pendapat ilmuwan yang selama ini menganggap bahwa setiap makhluk yang hidup terdiri atas sel. Faktanya virus bukanlah sel tapi hanyalah terdiri atas asam nukleat (DNA/RNA) saja yang dibungkus oleh kapsid (protein). Selain itu, virus memiliki kekebalan terhadap antibiotik dan alkohol yang berbeda dengan sifat bakteri.
Tidak berhenti sampai disitu saja, mikroskop elektron terus mengalami perkembangan pesat dari sisi kemampuan perbesaran. Mikroskop Elektron terbaru saat sekarang sudah mampu melihat objek pengamatan dengan perbesaran sampai satu juta kali. Hasilnya, tahun 1997 kembali dunia dikejutkan dengan penemuan makhluk yang lebih kecil dari virus dan lebih ganas lagi yaitu viroid dan prion. Viroid berhasil ditemukan pada tanaman kelapa yang telah merusak dan mematikan lebih satu juta tanaman kelapa di Philipina. Sedangkan prion ditemukan pada jaringan otak sapi yang menimbulkan penyakit sapi gila di Washington, Amerika Serikat. Prion berukuran sangat kecil dari viroid dan virus. Bahkan sifat ganasnya juga sangat luar biasa karena menyerang jaringan syaraf pada hewan dan manusia. Pada manusia, prion telah menimbulkan penyakit kuru, yaitu kelumpuhan tiba-tiba pada suatu anggota keluarga hingga kematian dalam rentang waktu 3-12 bulan.
Virus yang tubuhnya mengandung DNA dan RNA ternyata sangat jauh berbeda dengan makhluk baru yang ditemukan ilmuwan peraih nobel ini. Viroid hanya mengandung potongan molekul RNA saja. Bahkan perbedaan yang sangat jauh terjadi pada prion yang tidak memiliki DNA dan RNA (baca: asam nukleat) sama sekali tapi memiliki kemampuan berkembang biak. Prion hanyalah sejenis protein yang memiliki kemampuan menginfeksi sel inangnya. Prion juga memiliki ketahanan terhadap radiasi, sterilisasi dan deterjen dimana kelompok virus tidak memiliki ketahanan terhadap semua itu.
Keberhasilan Stanley Prusiner menemukan viroid dan prion sama dengan proses Dimitri Ivanowsky dalam menemukan virus pada penyakit mozaik tanaman tembakau yang diduga disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil sebelumnya sampai akhirnya terbukti adanya makhluk jenis baru yang bernama virus. Sedikit berbeda dengan Stanley, semula dirinya menduga viruslah yang menimbulkan penyakit pada sapi gila dan tanaman kelapa di Philipina tapi setelah adanya pemakaian mikroskop elektron yang lebih canggih dari sebelumnya ternyata ditemukan makhluk yang lebih kecil dari virus, yaitu viroid dan prion.
Dari paparan penulis tentang proses penemuan makhluk tidak kasat mata diatas (bakteri, virus, viroid dan prion) dan perkembangan perbesaran mikroskop terkini, mungkinkah akan ditemukan lagi makhluk-makhluk yang lebih halus lagi dari viroid dan prion. Jika masa sekarang perbesaran mikroskop baru mencapai satu juta kali, mungkinkah 50 tahun atau 100 tahun yang akan datang perbesaran mikroskop akan lebih canggih lagi. Tentu teknologi mikroskop akan terus mengalami perkembangan dan kamajuan.
Lantas timbul pertanyaan di hati kita, mungkinkah manusia mampu melihat alam jin dan alam malaikat yang dalam pandangan ilmu agama berada pada alam ghaib, jika perbesaran mikroskop sudah mencapai titik klimaks yang memungkinkan. Pertanyaan ini tentu bukan dituju pada kita sekarang yang seakan tertawa sinis menjawabnya. Tapi anak-anak cucu kitalah nanti yang akan menjawabnya. Tugas kita saat ini hanyalah merangsang cara berpikir mereka untuk tidak cepat puas dengan apa yang telah ditemukan dan dihasilkan IPTEK masa sekarang.
Merangsang cara berpikir untuk mengungkap alam ghaib adalah sah-sah saja dalam dunia intelektual. Justru sikap seperti itu harus dimotivasi kepada anak-anak didik di sekolah agar mampu lebih banyak melakukan penemuan-penemuan baru dan mengungkap semua rahasia sang pencipta di atas dunia ini. Sudah selayaknya, seiring perkembangan IPTEK ini manusia semakin dekat dan tunduk pada Tuhan Sang Penciptanya, betapa sangat luar biasanya segala apa yang diciptakannya di alam ini. Dari makhluk paling kecil hingga terbesar mampu hidup secara sempurna di dunia ini.
Posted by : Sunandar,S.Si ( Guru Biologi MAS Pesantren Diniyyah Al Azhar Muara Bungo)
Tulisan ini pernah diterbitkan di Kolom Untukmu Guruku Koran Jambi Ekspres secara bersambung pada tanggal 17 dan 21 November 2009.

FLEKSIBELITAS NEGARA UNTUK KURIKULUM PESANTREN







Kurikulum pendidikan pesantren akhir-akhir ini semakin terancam. Kurikulum yang terlahir dari rahim asli pendidikan Indonesia ini makin kehilangan identitasnya disebabkan ketidakadilan negara yang lebih mengayomi kurikulum non pesantren di tengah kehidupan berbangsa. Persoalan bukan semata terjadinya perubahan pola dan media ajar tapi juga sudah merombak tatanan muatan materi kurikulum yang menjadi inti pendidikan karakter dunia pesantren. Perubahan pola dan media ajar barangkali sudah suatu konsekwensi keharusan mengikuti tantangan zaman, namun perubahan tatanan muatan kurikulum adalah suatu hal yang sangat berbahaya karena berdampak hilangnya kurikulum asli milik bangsa ini secara perlahan-lahan. Padahal kurikulum ini sudah melahirkan banyak tokoh besar dan para pahlawan negeri ini dalam memperjuangkan kemerdekan di masa lalu.
Munculnya Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan (Permendikbud) No 59 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) adalah awal sebuah petaka yang merusak tatanan kurikulum pesantren. Permendikbud yang lahir sebagai pengganti Permendikbud No 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum SMA/MA secara substansial tidak mengalami banyak perubahan penting bagi pesanten. Dalam berbagai pelatihan kurikulum yang diadakan Badan Standarisasi Nasional Pusat (BSNP), dan instansi-instansi pendidikan terkait lainnya, sering ditegaskan kewajiban mengikat akan penerapan permendikbud no 59 tahun 2014 ini bagi semua instansi SMA/MA, termasuk unit SMA/MA dalam naungan pesantren.
Salah satu substansi Permendikbud No 59 tahun 2014 adalah adanya penetapan struktur muatan kurikulum dan jumlah beban belajar tatap muka yang harus diterapkan SMA/MA secara keseluruhan, termasuk yang berada dalam naungan pesantren. Sebanyak 42 sampai 44 jam  kewajiban beban mengajar SMA per minggu harus dipenuhi dan tambahan 10 jam bagi MA; mata pelajaran (mapel) Akidah Akhlak, Quran-Hadist, Fikh, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), dan Bahasa Arab. Dengan demikian total beban ajar tatap muka wajib bagi kurikulum SMA/MA berkisar 42 sampai 54 jam per minggu. Dengan total alokasi sebanyak itu, tentu akan mematikan ruang pengembangan kurikulum pesantren yang memiliki mapel tak kalah banyak dari kurikulum non pesantren. Muatan pelajaran pesantren meliputi seperti; Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadist, Ilmu hadist, Musthalah hadist, Ushul Fikih, Nahwu, Sharaf, Tarikh, Balaghah, dan mapel agama lainya akan terancam tidak maksimal dalam proses pengajarannya. Tidak hanya itu, berbagai kegiatan pembiasaan dan pembinaan seperti; tahfizul quran, praktek ibadah amaliah, qiyamulail, praktek seni dan budaya keislaman, pendidikan kecakapan hidup, olah raga dan berbagai kegiatan ektrakurikuler lainnya juga ikut terancam tidak optimal.
Menyikapi realitas tersebut, banyak pesantren  akhirnya bertindak tidak menerapkan Permendikbud no 59 tahun 2014 seutuhnya. Contoh kasus; mapel Seni budaya, Ketrampilan, dan Pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes) yang menjadi tuntutan wajib kurikulum SMA/MA ditiadakan dalam proses jam tatap muka formal pesantren tapi dialihkan pada saat kegiatan ekstrakurkuler sore hari saja. Beban ajar mapel Pendidikan Kewarganegaran (PKn), Bahasa Indonesia dan beberapa program IPA/IPS dikerucutkan menyesuaikan masuknya beberapa mapel kurikulum pesantren ke dalam jadwal formal. Dan masih banyak kebijakan sengaja lainnya yang dilakukan bertujuan mengamankan keberlangsungan kualitas muatan kurikulum pesantren bisa berjalan optimal sesuai tuntutan kualitas pesantren.
Keinginan diharapkan kurikulum negara sebenarnya adalah adanya penggabungan secara utuh kurikulum SMA/MA dengan kurikulum pesantren tanpa melanggar permendikbud. Namun solusi ini tidak tepat karena tidak akan bisa berlangsung secara efektif di lapangan. Suatu hal mustahil dipaksakan mengingat banyaknya alokasi muatan materi pelajaran SMA/MA yang diberikan meskipun dunia pesantren sendiri dianggap memiliki alokasi waktu lebih banyak dibandingkan kurikulum non pesantren, sebab santri di asramakan. Namun realita di lapangan, alokasi waktu itu tetap sangat sempit bagi ruang pengembangan kurikulum pesantren karena ada banyak materi kurikulum pesantren yang sudah mengalami perubahan pola dan media ajar mengikuti sistem pendidikan formal saat ini. Jika selama ini sering menggunakan metoda sorogan (setoran individual) dan wetongan (berkumpul melingkari guru) maka sekarang secara perlahan beralih mengikuti pola belajar formal menggunakan papan tulis dan media ajar lainnya dalam ruang kelas seperti yang dilakukan pada kurikulum SMA/MA.
 Tak dapat dipungkiri, persoalan diatas muncul karena pondok pesantren memiliki jenjang SMA/MA, sehingga suka tidak suka harus mengikuti kurikulum yang ditetapkan permendikbud No 59 tahun 2014 ini. Jika ditelusuri jauh kebelakang lagi, kemunculan kurikulum SMA/MA ini adalah suatu bentuk keterpaksaan pesantren mengayomi para santrinya menghadapi kebijakan negara yang lebih mengutamakan penerimaan pegawai negara dan kemudahan lapangan kerja bagi para lulusan berijazah negeri (baca: SMA/MA). Lulusan pesantren mengalami kesulitan bersaing karena peluang diberikan negara sangat sempit dimana lebih mengutamakan para lulusan pendidikan SMA/MA ketimbang para ahli ilmu agama kepesantrenan. Realita inilah menyebabkan pesantren bersikap fleksibel memunculkan kurikulum SMA/MA agar bisa mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan bernegara.
Sikap fleksibel pesantren memasukan kurikulum SMA/MA ini seharusnya patut diapresiasi dan disambut positif oleh negara. Keterpaduan kurikulum pesantren dan non pesantren ini sebenarnya adalah suatu tuntutan realita UU No 20 tahun 2013 Bab X pasal 36 yang sedang dijalankan dunia pesantren. Pada prinsipnya kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan aspek; a) peningkatan iman takwa, b) peningkatan akhlak mulia, c) peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik, d) keragaman potensi daerah dan lingkungan, e) tuntutan pembanguna daerah dan nasional, f) tuntutan dunia kerja, g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, h) agama, i) dinamika perkembangan global, dan j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, sikap fleksibel pesantren terhadap kurikulum SMA/MA telah memenuhi secara langsung semua aspek yang dikehendaki UU tersebut
Negara sudah seharusnya menyelamatkan keterlaksanaan utuh kurikulum pesantren di negeri ini. Memberikan ruang pengembangan dan pengakuan adalah suatu bentuk apresiasi negara dalam melindungi kurikulum asli yang telah banyak melahirkan para tokoh besar dan pahlawan negeri ini yang dihargai tidak hanya dalam negeri, regional bahkan di tingkat internasional. Sebutlah, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, KH. Hasyim Asyari, Buya Hamka, KH Ahmad Dahlan, Rahmah El Yunusiah, H Rasuna Said, dan lain sebagainya. Beberapa tokoh masa sekarang seperti Prof. Dr Din Syamsudin, Dr Hidayat Nur Wahid, KH. Hasyim Muzadi juga tak terlepas dari binaan pesantren. Bahkan Presiden RI ke-3 KH Abdurrahman Wahid juga merupakan produk tulen dunia pesantren. Artinya, produk pesantren terbukti memiliki peran yang tidak bisa diremehkan. Meremehkan produk pesantren sama halnya meremehkan jerih payah para tokoh tersebut yang telah berbuat banyak bagi negeri ini.
Memberikan ruang fleksibelitas penerapan permendikbud No 59 tahun 2014 adalah sebuah solusi terbaik bagi kurikulum pesantren. Diperlukan revisi Permendikbud ini, khususnya bagi penerapan kurikulum SMA/MA dalam naungan pesantren. Alokasi beban ajar 44 sampai 52 jam per minggu telah membelenggu hampir 75 % pengembangan muatan kurikulum pesantren. Negara bisa memberikan dan menetapkan porsi alokasi struktur dan waktu beban ajar sekitar 20 sampai 30 jam per minggu bagi kurikulum SMA/MA pesantren. Porsi itu diberikan bagi muatan kurikulum wajib SMA/MA karena pentingnya keterlaksanaannya pada Ujian Nasional (UN) dan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN) bagi negara setiap akhir tahun ajaran. Selanjutnya, sisa alokasi waktu bisa dimaksimalkan pesantren dengan mengembangkan materi kurikulum lainnya yang bersumber dari berbagai kitab klasik (kitab kuning) dan kegiatan pembinaan kualitas pesantren.
Fleksibelitas negara untuk kurikulum pesantren dengan memberikan ruang kelonggaran pengembangan struktur muatan kurikulum dan beban mengajar bukanlah sesuatu hal yang perlu dikuatirkan terhadap kualitas bangsa. Beberapa tahun terakhir, beberapa pesantren justru telah mampu membuktikan kemampuan bersaingnya terhadap kurikulum SMA/MA non pesantren. Santri MA Pesantren Husnul Khotimah Jawa Barat berhasil meraih medali emas ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2015 bidang Geografi. Begitu juga dengan MA Pesanten Darul Mursyid Sumatera Utara yang juga berprestasi meraih medali perunggu OSN bidang kebumian. Artinya, negara tidak perlu lagi kuatir akan kualitas pengembangan kurikulum pesantren. Memberikan kebebasan pesantren mengembangkan kurikulum SMA/MA dengan caranya sendiri adalah cara terbaik menjaga keaslian kurikulum pesantren yang sudah mengakar di negeri ini jauh sebelum Indonesia merdeka.
Dan sebuah realita yang tidak bisa terelakan bahwa negeri ini sejak dulu sudah mengembangkan dua model kurikulum yaitu kurilum pesantren dan non pesantren. Kurikulum pesantren sebagai warisan asli dan kurikulum non pesantren yang dikembangkan dari penjajahan Belanda. Hanya saja, selama ini negara baru mengakui secara resmi penerapan bagi kurikulum nasional adalah hanya kurikulum SMA/MA semata dalam berbagai penerimaan pegawai negara dan lapangan kerja. Sudah seharusnya negara mengakui dua kurikulum sebagai suatu bentuk keadilan dan menjadi bagian sistem kurikulum nasional yang dibakukan karena kurikulum pesantren telah ikut menyumbangkan kemajuan bangsa ini sejak lama.
Terakhir, negara harus berkomitmen memperjuangkan fleksibelitas kurikulum pesantren ke dalam sistem kurikulum nasional melalui permendikbud secara resmi. Dalam Batang Tubuh UUD 1945 pasal 28 C ayat 1 bahwa “setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Dilanjutkan dengan ayat 2 setiap orang berhak untuk memajukan dirinya memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan Negara. Dengan demikian, dunia pesantren juga memiliki hak dalam mengembangkan kurikulumnya sendiri sebagai suatu cara dalam membangun bangsa ini dengan keunikan dan kekhasannya sendiri. Dan ini akan menjadi bagian kekayaan sistem kurikulum nasional yang dapat membentuk karakter unggul generasi bangsa dalam menghadapi ragam tantangan zaman.(*)
Posted by. Sunandar,S.Si
(kepala MAS Pesantren Diniyyah Al Azhar Muara Bungo-Jambi)

Rabu, 17 Mei 2017

TERUSLAH BERBUAT MESKI HANYA TINGGAL KAU SENDIRIAN
KARENA SUDAH TAKDIR ALLAH, KITA UNTUK SALING MENINGGALKAN
KECUALI YANG SELALU BERBUAT ATAS DASAR KARENA "DIA"

 

Kamis, 22 September 2016

PROFIL LENGKAP SUNANDAR,S.Si

BIODATA KU



  • Nama         : SUNANDAR,S.Si
  • Agama       : Islam
  • TTL           : Muara Bungo, 2 Juli 1982
  • Email          : katiksimajolelo@gmail.com  atau  sunan_10@rocketmail.com
  • Alamat       : Perumahan Keyla VI Blok I No. 6, Kelurahan Pasir Putih, Kec. Rimbotengah, Kab. Bungo-Provinsi Jambi.
  • Nama Orang Tua   
      • Ayah  : Nuardi 
      • Ibu     : Asnida
  • Status        : Sudah berkeluarga
      • Istri   : Aliyah, S.S
      • Anak : 
        • Aisha Raudhatul Jannah
        • Annisa Raudhatul Jannah
  • Golongan Darah : A 
  • Suku          : Minang ( dari garis keturunan Ibu) dan Melayu Jambi (dari garis keturunan Ayah)
  • Gelar Adat  : Katik Simajolelo
  • Motto         : Ikhlas dan Teruslah Berbuat...
  • Riwayat Pendidikan :
      • TK Darul Falah Sigando Kota Padang Panjang, Sumatera Barat (1988 s.d1989)
      • SD N 08 Ganting  Kota Padang Panjang, Sumatera Barat (1989s.d 1995)
      • SMP N 1 Padang Panjang, Sumatera Barat (1995 s.d 1998)
      • SMA N 1 Padang Panjang, Sumatera Barat (1998 s.d 2001) 
      • S1 Jur. Biologi FMIPA Universitas Andalas Padang ( 2001 s.d 2006)
      • S2 Biologi Pasca Sarjana Universitas Andalas ( 2010 s.d......)
  • Riwayat Organisasi
      • Pengurus Ikatan Mahasiswa Bungo Tebo (IMBT) ( 2001-2003)
      • Sekretaris Himpunan Mahasiswa Biologi  FMIPA Universitas Andalas  ( 2003-2004)
      • Ketua Komisi Pemilihan Umum/KPU BEM FMIPA UNAND (2004)
      • Sekretaris BEM FMIPA Univesitas Andalas ( 2005-2006)
      • Pengurus Ikatan Lembaga Mahasiswa (ILM) MIPA Wil. Sumatera ( 2005-2006)
      • Pengurus Forum Ukhuwah Peduli Bungo (FUPB) ( 2005 s.d 2007)
      • Wakil Sekretaris DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kab. Bungo ( 2008-2009)
      • Deklarator Jaringan Pemuda Remaja Masjid Indonesia (JPRMI) Kab. Bungo ( 2009-2010)
  • Riwayat Pekerjaan
      • Guru Privat Agama Islam Yayasan Amalia Syukro, Kelurahan Jati, Kota Padang (2006)
      • Kasir Zagalo Swalayan, Purus, Kota Padang ( 2006)
      • Marketing Bimbel Ganesha Djakarta, Siteba, Kota Padang (2006)
      • Wartawan Radar Bute Jawa Pos Group ( 2007)
      • Pengajar Biologi MTs Nurul Islam Sungai Mingkuang ( 2007-2009)
      • Tentor Biologi SMP/SMA Bimbel Primagama Cab. Muara Bungo (2008-2009)
      • Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Muara Bungo ( 2007 s.d 2010)
      • Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Muara Bungo ( 2010 s.d 2016)
      • Kepala SMP IT Al Azhar 3 Muara Bungo Yayasan Pondok Pesantren Diniyyah Muara Bungo-Jambi ( 2011-2015)
      • Kepala MAS Diniyyah Muara Bungo, Yayasan Pondok Pesantren Diniyyah Muara Bungo-Jambi ( 2015 s.d sekarang)
  • Pelatihan Yang Pernah Diikuti
      • Islamic Training In Nature/ISTANA Forum Studi Islam (FSI) FMIPA Universitas Andalas
      • Dauroh Marhalah I Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komsat Eksakta Universitas Andalas, Padang
      • Pendidikan dan Latihan (DIKLAT) Jurnalistik FMIPA Universitas Andalas.
      • Pelatihan Karya Ilmiah, Kreasi Cerdas Ilmiah (KCI) FMIPA Universitas Andalas
      • Pelatihan Kurikulum 2013 bidang studi IPA SMP tk. Kabupaten Bungo (Diknas)
      • Pelatihan Kurikulum 2013 bidang studi IPA SMP tk. Provinsi Jambi (Diknas)
      • Pelatihan Kurikulum 2013 khusus Kepala SMP tk. Provinsi Jambi (Diknas)
      • Pelatihan Kurikulum 2013 bidang studi Biologi tk. Kab.Bungo (Kemenag)
      • Diklat Peningkatan Mutu Guru Biologi MA tk. Provinsi Jambi ( Kanwil Diknas)
SEKIAN

Jumat, 19 Agustus 2016

PERJALANAN PRESTASI BIOLOGI DI PONPES DINIYYAH MUARA BUNGO


Sejak pertama dibukanya program jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Diniyyah Muara Bungo tahun 2008, sudah banyak prestasi peserta anak didikku dalam bidang studi Biologi. Berikut Catatan Waktu dan Nama dari beberapa peristiwa yang sudah terangkum sejak tahun 2009 s/d sekarang.

  • Tahun 2009 : Adityo Okta Pratama (kelas X MAS Diniyyah) sukses meraih juara III Olimpiade Sains Kabupaten (OSK) tk. SMA/MA se-Kab. Bungo,  Bidang studi Biologi
  • Tahun 2010 : Rezki Andhika ( Kelas VIII MTs Diniyyah sukses meraih juara III Pra Olimpiade Sains Kabupaten (OSK) Biologitk. SMP/MTs se- Kab. Bungo
  • Tahun 2011 : Maysaroh Syafaatin (kelas XI MAS Diniyyah Muara Bungo) sukses meraih juara I Olimpiade Sains Kabupaten (OSK) Biologi tk. SMA/MA se-Kab. Bungo
  • Tahun 2011 : Joko Susilo (Kelas XI MAS Diniyyah) sukses masuk finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Biologi tk. SMA/MA se-Sumatera yang diadakan oleh Hima Biologi Universitas Andalas Padang
  • Tahun 2011 : Elfia Nora dan Rodhiah Z (Kelas XI MAS Diniyyah ) sukses juga menembus babak finalis Lomba Karya tulis ilmiah (LKTI) Biologi tk. SMA/MA se-Sumatera di Hima Biologi Universitas Andalas Padang
  • Tahun 2011 : Joko Susilo, Yulia Gustina dan Efi Purwanti menerima penghargaan keikutsertaan dalam Olimpiade Peneliti Siswa Indonesia (OPSI) Kemendikbud RI bidang penelitian Biologi
  • Tahun 2012 : Maysaroh Syafaatin (Kelas XII MAS Diniyyah Muara Bungo) sukses meraih juara 3 Olimpiade Biologi tk. SMA/MA se-Provinsi Jambi yang diadakan oleh Hima Biologi IAIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi.
  • Tahun 2012 : Tim Biologi yang diketuai oleh; Ila Wahyuni, dan beranggotakan: Sri Hartati, Risma, dan Dian Aulia Triyuska sukses meraih juara I Kingdom Games Biologi tk. SMA/MA se-Provinsi Jambi yang diadakan oleh Hima Biologi IAIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi
  • Tahun 2013 : Nurul Jannatul Yusofi (Kelas VIII SMP IT Al Azhar 3 Muara Bungo) berhasil lolos mewakili Kab. Bungo ke Olimpiade Sains Provinsi (OSP) Bidang Biologi.
  • Tahun 2014 : Nurul Jannatul Yusofi, Diah Tri Andini, dkk berhasil  meraih juara 1 LKTI Biologi tk. SMP/MTs se-Indonesia di Hima Biologi Universitas Andalas Padang
  • Tahun 2014 : Nurul J. Yusofi, Lela Rahmawati dan Haryuni Husna sukses menembus babak final Olimpiade Sains Biologi tk. SMP/MTs se-Provinsi Jambi di SMA N Titian Teras Jambi
  • Tahun 2014 : Ade Randa, Tri Ulfa, Haryuni H, dkk, meraih juara 1 Kingdom Games Biologi tingkat SMP/MTs se-Provinsi Jambi di Hima Biologi IAIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi
  • Tahun 2015 : Muhammad Ariq Daffa (Kelas VIII SMP IT AL Azhar 3 Muara Bungo) sukses meraih juara 2 Olimpiade Sains Biologi tk. SMP/MTs se-Provinsi Jambi di SMA Xaverius I Jambi.
  • Tahun 2015 : Muhammad Ariq Daffa sukses meraih juara 2 Olimpiade Sains Jambi Ekspress tk. SMP/MTs se-Kab. Bungo di SMP N 1 Muara Bungo
  • Tahun 2015 : M. Ariq Daffa meraih juara 3 Olimpiade Sains Kabupaten (OSK) Biologi tk. Kab. Bungo dan mewakili kabupaten ke ajang Olimpiade Sains Provinsi (OSP) Jambi
  • Tahun 2015 : M. Ariq Daffa meraih juara 3 Olimpiade Sains Biologi tk. SMP/MTs se-Sumatera pada ajang SOCHA MAN Insan Cendekia Jambi
  • Tahun 2015 : M. Ariq Daffa meraih juara 3 Olimpiade Sains Biologi tk. SMP/MTs se-Kab. Bungo di SMA N 2 Muara Bungo
  • Tahun 2016 : Ulul Azmi dan Chika Anugrah (Kelas X MAS Diniyyah) Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Biologi tk. SMA/MA se-Indonesia di Hima Biologi Universitas Andalas Padang
  • Tahun 2016 : Siti Aisah (Kelas XI MAS Diniyyah) berhasil meraih juara 3 Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bidang studi Biologi tk. MA se-Provinsi Jambi
  • Tahun 2016 : Siti Aisah, Juara 2 Ice Breaking Olimpiade Biologi IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi  
  • Tahun 2016 : Siti Aisah, Juara 1 Olimpiade Biologi Goes To Singapore Seleksi Kab. Bungo 
  • Tahun 2016 : Siti Aisah, Juara 3 Olimpiade Biologi Goes To Singapore Seleksi Provinsi Jambi

Semoga terus berlanjut untuk para anak didikku dimana saja berada...!!!
Salam Biologi !!


 
                           Juara 1 & 3 di IAIN STS Jambi           Juara 1 LKTI Biologi di UNAND

Juara 2 Biologi di SMA Xaverius Jambi


Siti Aisah, Juara 2 Ice Breaking Biologi IAIN STS Jambi

TUGAS BEST PRACTICE PPG DALJAB UMM Malang : Bernalar Kritis Fase E

  Peningkatan daya nalar kritis peserta didik Fase E melalui model pembelajaran Project Based Learning di MAS Diniyyah Muarabungo Jambi O...