Penemuan Prion, Membuka Pintu Tabir Alam Ghaib
Pasca penemuan Prion oleh ahli biologi Amerika Serikat (AS)
Stanley Prusiner tahun 1997 telah membuka kebuntuan stagnasi sains selama 60
tahun lebih yang selama ini menganggap virus sebagai makhluk paling kecil di
dunia. Virus dengan ukuran rata-rata 0,02 – 0,03 mikron meter (baca :
0,00000002 – 0,00000003 meter ) ternyata masih kalah lebih kecil lagi dari dua
hasil penemuan Stanley yaitu viroid dan prion. Ukuran jenis viroid lebih kecil
dari virus tapi masih kalah lebih kecil lagi dibandingkan prion. Namun kedua
makhluk ini mempunyai sifat yang sama dengan virus yaitu sama-sama patogen
(baca: parasit yang menimbulkan penyakit) pada makhluk hidup lain seperti
manusia, hewan dan tumbuhan.
Penulis disini tidak bermaksud menjelaskan secara mendetail apa
yang ditemukan oleh Stanley tersebut tapi sedikit memotivasi kita semua bahwa
sedikit demi sedikit tabir alam ghaib (alam yang tak mampu dilihat kasat mata)
semakin terkuak oleh teknologi manusia. Mulai dari penemuan bakteri, virus,
viroid dan prion adalah suatu hasil penemuan yang sulit dilihat dengan mata
normal manusia tapi membutuhkan alat canggih yang mampu memperbesar sekian
ratus bahkan ribuan kali dari ukuran sebenarnya.
Pertanyaan ini tentu sangat menggelitik bagi kita terlepas dari
pemahaman keagamaan manapun, namun secara logika penemuan-penemuan manusia
memang semakin mengungkit keberadaan alam ghaib di sekitar kita. Alam ghaib
tidak selalu diartikan sebagai alamnya jin dan para malaikat tapi dari asal
katanya, definisi ghaib lebih dekat kepada alam yang sangat halus yang tidak
bisa dilihat dengan mata telanjang (mata manusia normal). Dengan pembuktian
keberadaan alam ghaib secara IPTEK tentu akan menambah motivasi keimanan bagi
insan yang beragama dalam mengamalkan perintah tuhannya.
Penemuan-penemuan dari hasil IPTEK melalui bantuan mikroskop
telah banyak membantu manusia mengetahui adanya alam lain di luar kasat mata
manusia. Awal mulanya pada masa Aristoteles, manusia hanya mengenal kerajaan
makhluk hidup atas dua dunia (kingdom) saja yaitu kingdom animalia (hewan) dan
kingdom plantae (tumbuhan). Seiring perkembangan IPTEK, pendapat ini terus
mengalami pergeseran melalui penemuan mikroskop dan kemajuannya.
Masa Ernst Haekel, kingdom makhluk hidup menjadi lebih bertambah
atas empat kingdom yaitu; animalia, plantae, protista dan monera. Kelompok
Protista merupakan kelompok yang memiliki membran inti sel (eukaryotik) dan
umumnya bersel banyak tapi tidak mempunyai jaringan yang sudah terspesialisasi.
Diantaranya diwakili oleh berbagai jenis amuba, plasmodium, euglena dan alga.
Sedangkan kelompok Monera merupakan kelompok yang belum memiliki membran inti
sel (prokaryotik) dan bersel satu yang diwakili oleh berbagai jenis Bakteri dan
Cyanobacteria.
Masa Ernst Haekel, kingdom makhluk hidup menjadi lebih bertambah atas empat kingdom yaitu; animalia, plantae, protista dan monera. Kelompok Protista merupakan kelompok yang memiliki membran inti sel (eukaryotik) dan umumnya bersel banyak tapi tidak mempunyai jaringan yang sudah terspesialisasi. Diantaranya diwakili oleh berbagai jenis amuba, plasmodium, euglena dan alga. Sedangkan kelompok Monera merupakan kelompok yang belum memiliki membran inti sel (prokaryotik) dan bersel satu yang diwakili oleh berbagai jenis Bakteri dan Cyanobacteria.
Masa Ernst Haekel, kingdom makhluk hidup menjadi lebih bertambah atas empat kingdom yaitu; animalia, plantae, protista dan monera. Kelompok Protista merupakan kelompok yang memiliki membran inti sel (eukaryotik) dan umumnya bersel banyak tapi tidak mempunyai jaringan yang sudah terspesialisasi. Diantaranya diwakili oleh berbagai jenis amuba, plasmodium, euglena dan alga. Sedangkan kelompok Monera merupakan kelompok yang belum memiliki membran inti sel (prokaryotik) dan bersel satu yang diwakili oleh berbagai jenis Bakteri dan Cyanobacteria.
Penemuan bakteri dan cyano bakteria ini sangat berbeda dari
makhluk hidup lainnya karena tidak dilakukan melalui mata telanjang tapi
melalui mikroskop yang dibuat pertama kali oleh Antonie Van Leuwenhock pada abad
ke-19. Awal pembuatan, perbesarannya baru mencapai sekitar 40 kali hingga 400
kali tapi sudah mampu melihat bakteri yang berukuran panjang 1-10 mikron meter
dan lebar 0,7-1,5 mikron meter.
Pada awal abad 20, mikroskop semakin terus dikembangkan hingga
mencapai perbesaran 500 ribu kali dari ukuran sebenarnya. Hal ini merangsang
ilmuwan untuk menemukan makhluk yang lebih kecil dari bakteri yaitu dengan
ditemukannya virus. Meskipun cikal-bakal penemuan virus sudah terjadi tahun
1883 oleh Adolf Meyer namun kepastian pembuktian baru dilakukan tahun 1935 oleh
Wendel Stanley. Mikroskop pada masa ini sudah jauh beda bentuknya dari apa yang
dirancang oleh Antonie Van Leuwenhock dimana sudah beralih dari mikroskop
cahaya ke mikroskop elektron.
Penemuan virus juga telah menghancurkan pendapat ilmuwan yang
selama ini menganggap bahwa setiap makhluk yang hidup terdiri atas sel.
Faktanya virus bukanlah sel tapi hanyalah terdiri atas asam nukleat (DNA/RNA)
saja yang dibungkus oleh kapsid (protein). Selain itu, virus memiliki kekebalan
terhadap antibiotik dan alkohol yang berbeda dengan sifat bakteri.
Tidak berhenti sampai disitu saja, mikroskop elektron terus
mengalami perkembangan pesat dari sisi kemampuan perbesaran. Mikroskop Elektron
terbaru saat sekarang sudah mampu melihat objek pengamatan dengan perbesaran
sampai satu juta kali. Hasilnya, tahun 1997 kembali dunia dikejutkan dengan
penemuan makhluk yang lebih kecil dari virus dan lebih ganas lagi yaitu viroid
dan prion. Viroid berhasil ditemukan pada tanaman kelapa yang telah merusak dan
mematikan lebih satu juta tanaman kelapa di Philipina. Sedangkan prion
ditemukan pada jaringan otak sapi yang menimbulkan penyakit sapi gila di
Washington, Amerika Serikat. Prion berukuran sangat kecil dari viroid dan
virus. Bahkan sifat ganasnya juga sangat luar biasa karena menyerang jaringan
syaraf pada hewan dan manusia. Pada manusia, prion telah menimbulkan penyakit
kuru, yaitu kelumpuhan tiba-tiba pada suatu anggota keluarga hingga kematian
dalam rentang waktu 3-12 bulan.
Virus yang tubuhnya mengandung DNA dan RNA ternyata sangat jauh
berbeda dengan makhluk baru yang ditemukan ilmuwan peraih nobel ini. Viroid
hanya mengandung potongan molekul RNA saja. Bahkan perbedaan yang sangat jauh
terjadi pada prion yang tidak memiliki DNA dan RNA (baca: asam nukleat) sama
sekali tapi memiliki kemampuan berkembang biak. Prion hanyalah sejenis protein
yang memiliki kemampuan menginfeksi sel inangnya. Prion juga memiliki ketahanan
terhadap radiasi, sterilisasi dan deterjen dimana kelompok virus tidak memiliki
ketahanan terhadap semua itu.
Keberhasilan Stanley Prusiner menemukan viroid dan prion sama
dengan proses Dimitri Ivanowsky dalam menemukan virus pada penyakit mozaik
tanaman tembakau yang diduga disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil sebelumnya
sampai akhirnya terbukti adanya makhluk jenis baru yang bernama virus. Sedikit
berbeda dengan Stanley, semula dirinya menduga viruslah yang menimbulkan
penyakit pada sapi gila dan tanaman kelapa di Philipina tapi setelah adanya
pemakaian mikroskop elektron yang lebih canggih dari sebelumnya ternyata
ditemukan makhluk yang lebih kecil dari virus, yaitu viroid dan prion.
Dari paparan penulis tentang proses penemuan makhluk tidak kasat
mata diatas (bakteri, virus, viroid dan prion) dan perkembangan perbesaran
mikroskop terkini, mungkinkah akan ditemukan lagi makhluk-makhluk yang lebih
halus lagi dari viroid dan prion. Jika masa sekarang perbesaran mikroskop baru
mencapai satu juta kali, mungkinkah 50 tahun atau 100 tahun yang akan datang
perbesaran mikroskop akan lebih canggih lagi. Tentu teknologi mikroskop akan
terus mengalami perkembangan dan kamajuan.
Lantas timbul pertanyaan di hati kita, mungkinkah manusia mampu
melihat alam jin dan alam malaikat yang dalam pandangan ilmu agama berada pada
alam ghaib, jika perbesaran mikroskop sudah mencapai titik klimaks yang
memungkinkan. Pertanyaan ini tentu bukan dituju pada kita sekarang yang seakan
tertawa sinis menjawabnya. Tapi anak-anak cucu kitalah nanti yang akan
menjawabnya. Tugas kita saat ini hanyalah merangsang cara berpikir mereka untuk
tidak cepat puas dengan apa yang telah ditemukan dan dihasilkan IPTEK masa
sekarang.
Merangsang cara berpikir untuk mengungkap alam ghaib adalah
sah-sah saja dalam dunia intelektual. Justru sikap seperti itu harus dimotivasi
kepada anak-anak didik di sekolah agar mampu lebih banyak melakukan
penemuan-penemuan baru dan mengungkap semua rahasia sang pencipta di atas dunia
ini. Sudah selayaknya, seiring perkembangan IPTEK ini manusia semakin dekat dan
tunduk pada Tuhan Sang Penciptanya, betapa sangat luar biasanya segala apa yang
diciptakannya di alam ini. Dari makhluk paling kecil hingga terbesar mampu
hidup secara sempurna di dunia ini.
Posted by : Sunandar,S.Si ( Guru Biologi MAS Pesantren Diniyyah Al Azhar Muara Bungo)
Tulisan ini pernah diterbitkan di Kolom Untukmu Guruku Koran Jambi Ekspres secara bersambung pada tanggal 17 dan 21 November 2009.
Komentar
Posting Komentar