CERPENKU : MERAIH MIMPI KE NEGERI SAKURA
By. Sunandar,S.Si
Hari ini aku bahagia sekali. Barusan tadi pagi aku membuka rekening bank-ku, ternyata orang tuaku sudah mengirimkan biaya untuk sebulan kuliahku ke depan. Alhamdulillah, orang tuaku tidak punya masalah serumit Ardi. Jumlahnya mencukupi, cukup untuk biaya kos dan biaya sehari-hariku di Kota Padang selama sebulan. Jika bersisa, aku memilih membeli buku-buku yang bermanfaat seperti buku agama dan buku motivasi yang bisa membantu pengembangan kematangan diriku.
Sudah tiga
minggu perkuliahan semester III ini berjalan.
Sampai saat ini belum ada tanda-tanda akan kehadiran beliau di kampus. Walau di
angkatan kami, ada Cici yang pernah menjadi teman yang sama sekolah semasa beliau di SMA N I Curup dulu , tapi tetap dia tidak mengetahui sama sekali kabar tentang anak itu.
" Ardi itu tinggal di Desa Tebat Tenung Dalam Bermani Ulu, sangat jauh dari tempat
tinggalku . Jadi kami jarang ketemu," terang Cici, ditanya
Budi di sela-sela rapat
angkatan Biologi 2001 Universitas Andalas siang ini.
Budi yang
merupakan komting (baca:ketua angkatan) merasa terbebani akan ketidakhadiran
Ardi selama ini. Para Dosen dan senior terus menanyakan padanya tapi tidak ada
jawaban pasti alasan yang tepat kenapa cukup lama absen di
perkuliahan ini. Tradisi kami, pertanyaan senior biasanya dianggap sangat
menyudutkan wibawa komting karena dinilai tidak mampu memimpin angkatannya.
Inilah yang memotivasi beliau mengumpulkan kami hari ini.
Dalam rapat aku menyampaikan persoalan yang dihadapi Ardi selama ini mulai dari kesulitan ekonomi hingga ketidakhadirannya dalam berbagai pertemuan para mahasiswa Biologi yang dianggap wujud ketidak kompakan angkatan kami. Semuanya sangat tertegun kala mendengarkan ceritaku.
Dalam rapat aku menyampaikan persoalan yang dihadapi Ardi selama ini mulai dari kesulitan ekonomi hingga ketidakhadirannya dalam berbagai pertemuan para mahasiswa Biologi yang dianggap wujud ketidak kompakan angkatan kami. Semuanya sangat tertegun kala mendengarkan ceritaku.
" Kuliahnyo terancam putuih, soalnyo adik dio baru tamaik SMP, nak nyambuang ke SMA," ungkapku sedikit berhati-hati berbicara.
"Tapi blum adokan alasan pasti, gara-gara itu
Ardi dak hadir ka kampus,"
tukas Budi seakan belum begitu percaya sepenuhnya apa yang kusampaikan.
"Boleh
jadi alasan tu mah...tapi inyo dak
pernah tabukak selamo ko, mungkin
cuma ka putra se mah nampaknyo," jelas Deni meyakinkan.
"Apo nan biso kito lakukan, apo perlu iuran agar inyo bisa ke Padang", tanya Budi menyikapi semuanya
"Iyo...kita
iuran se lah, bukti solidaritas kito ka kawan seangkatan mah !!!"
ungkap Rita dan Tati serentak
" Tapi
Kita harus pikir matang dulu, kalo mau iuran,
jelas batas sampai kapan selesainya. Tidak mungkin biaya hidup dan kuliahnya
kita tanggung pula nanti," ujar Budi sedikit keberatan.
"Lagian
juga, masalah Ardi itu belum pasti," sambung Eni seakan mendukung Budi.
Begitulah
suasana rapat sore itu. Akhirnya tak ada putusan konkrit selain menunggu
persoalan pasti yang melanda Ardi. Berbagai perdebatan terjadi, perlu atau
tidaknya membantu tapi karena sudah terlalu sore, rapat dipending tanpa putusan
yang jelas.Akupun pergi meninggalkan ruang rapat.
" Eh, ada bawa kadal untuk praktek sore ini put", ujar Arif dengan raut panik tiba-tiba ketika bertemu aku dikoridor mushalla FMIPA UNAND sore itu. Kuakui, sore ini kami akan melakukan praktikum anatomi hewan. Para asisten yang didominasi senior tidak akan mentolerir mahasiswa juniornya yang tidak membawa objek praktikum untuk ikut perkuliahan.
" Eh, ada bawa kadal untuk praktek sore ini put", ujar Arif dengan raut panik tiba-tiba ketika bertemu aku dikoridor mushalla FMIPA UNAND sore itu. Kuakui, sore ini kami akan melakukan praktikum anatomi hewan. Para asisten yang didominasi senior tidak akan mentolerir mahasiswa juniornya yang tidak membawa objek praktikum untuk ikut perkuliahan.
" Ah,
aku tidak sempat mikir kadal lagi rif, tengok ajalah nanti. Aku lagi mikir si Ardi seharian ini, Kasihan dah hampir
sebulan kawan kita ga masuk kuliah, " ujarku sedikit cuek merespon
pertanyaan mahasiswa asal Jakarta ini
"Iya
deh..iya deh,"cetusnya sedikit kesal kemudian berjalan meninggalkanku.
Aku terus
menuju Mushalla tanpa hiraukan lingkungan sekitar. Setelah berwudhu, melaksanakan sholat Zuhur yang sempat terlalaikan gara-gara rapat tadi. Bagiku, mushalla adalah tempat tepat untuk menenangkan pikiran. Selain
itu, tempat ini juga sering aku gunakan bersama Ardi menjadi tempat diskusi selepas
sholat. Kami sering diskusi dan bercerita tentang banyak hal. Mulai dari
persoalan kuliah hingga masalah pribadi.
Ardi pernah
bercerita banyak tentang kehidupan orang tuanya berpenghasilan rendah yang
digunakan untuk menafkahi tujuh orang
kakak dan membiayai kuliah dirinya serta adik yang masih kelas IX SMP Negeri 3 Curup Bengkulu..
Bermodal kerja menjadi buruh di perkebunan kelapa sawit, orang tuanya berusaha
membantu pendidikan anak-anaknya sebaik mungkin. Ardi sendiri merupakan satu-satunya
yang mengecap pendidikan kuliah, dibandingkan kakak-kakaknya yang hanya tamat
SMP dan SMA saja.
Terkadang pernah sempat aku lihat raut kesedihan, saat dirinya kehabisan biaya bulanan. Beruntung dirinya sangat rajin berpuasa Senin- Kamis, dan bahkan pernah juga berpuasa Nabi Daud (sehari puasa, sehari lepas) jika dalam kondisi krisis keuangan bulanan. Aku sebagai teman beliau, terkadang ikut membantu di saat kondisi biayaku masih memungkinkan.
Terkadang pernah sempat aku lihat raut kesedihan, saat dirinya kehabisan biaya bulanan. Beruntung dirinya sangat rajin berpuasa Senin- Kamis, dan bahkan pernah juga berpuasa Nabi Daud (sehari puasa, sehari lepas) jika dalam kondisi krisis keuangan bulanan. Aku sebagai teman beliau, terkadang ikut membantu di saat kondisi biayaku masih memungkinkan.
****
Hari ini aku bahagia sekali. Barusan tadi pagi aku membuka rekening bank-ku, ternyata orang tuaku sudah mengirimkan biaya untuk sebulan kuliahku ke depan. Alhamdulillah, orang tuaku tidak punya masalah serumit Ardi. Jumlahnya mencukupi, cukup untuk biaya kos dan biaya sehari-hariku di Kota Padang selama sebulan. Jika bersisa, aku memilih membeli buku-buku yang bermanfaat seperti buku agama dan buku motivasi yang bisa membantu pengembangan kematangan diriku.
Tidak
seperti biasa, hari ini aku memang sengaja datang agak cepat ke kampus, karena
jadwal kuliah dimulai agak siang dari hari biasa, sekitar jam 10.00. Sengaja
aku turun dari bus kampus di halte Fakultas Ekonomi, berjalan menyusuri
lorong-lorong Universitas dan menatapi keindahan alam hutan Limau Manih. Kampus
ekonomi merupakan gedung pertama yang selalu dilewati bus kampus, jika masuk ke
kawasan Universitas Andalas. Kampus terakhir adalah Politeknik. Kampus FMIPA
yang merupakan lokasi jurusanku, cukup jauh dari Fakultas ekonomi. Butuh
perjalanan 20 menit untuk melewati koridor kampus.
Pukul 08.30
WIB, aku sudah mulai melihat portal dan papan nama Jurusan Biologi dari
kejauhan tapi aku belum berminat ke sana. Aku sengaja menuju ke Mushalla FMIPA
terlebih dahulu guna melaksanakan sholat Dhuha. Bagiku, sholat 2 rakaat cukup
membantu menjaga ketenanganku sebelum masuk ruang kuliah. 10 menit kuhabiskan untuk sholat Dhuha.
Setelah berdo'a, aku bersiap-siap kembali menuju tujuan lokasi utamaku, jurusan
Biologi FMIPA UNAND.
Dari
jarak tidak terlalu jauh, papan jurusan
Biologi sebenarnya bisa dilihat. Kuberjalan menuju ruang tamu. Dari kejauhan
kulihat sosok seseorang yang duduk lemas sambil membaca koran yang ada di sana.
Sengaja aku menatap ke depan, melihat siapa gerangan yang sudah sampai duluan ,
sebuah ruang yang sering digunakan para mahasiswa Biologi untuk berkumpul
sebelum masuk kuliah. Tidak bisa kulihat jelas wajahnya, tapi aku yakin itu
adalah mahasiswa Biologi karena memang itu telah menjadi kawasan jurusan kami.
Semakin
dekat, aku semakin penasaran memperhatikan sosok itu, karena hampir mirip Ardi Cendana yang jadi perbincangan kami selama ini. Dalam jarak sekitar 10 meter,
aku tertegun dan langsung berlari bahagia teramat sangat.
"
Ardiiii !!!!, teriakku sambil berlari.
"
Eh,...Ondeh, apak Putra mah….," teriaknya sambil menoleh dan berjalan
menujuku tersenyum.
"Apa
khabarnya, kok dak pernah muncul di kampus," tanyaku basa-basi sembari
mengajak kembali ke tempat duduk tadi.
" Dak do pak, cuma palapeh taragak jo urang
tuo di kampung," ungkapnya sambil ketawa meniru logat Padang yang
bukan kebiasaannya.
"
Serius pak," tanyaku sedikit tak percaya melihat raut wajah ketawanya
dengan bola mata hampa, penuh keterpaksaan menutupi masalah yang dihadapi.
Setelah berkali-kali aku mencoba mengungkit, akhirnya beliau bersedia untuk
menceritakan.
" Aku
disuruh berhenti kuliah put…karena adikku sudah mulai akan masuk SMA tahun ini, Bapak
tidak sanggup lagi memikul biaya” tuturnya dengan lidah agak keberatan.
“ trus kamu mau ardi, “ujarku sedikit terkejut.
“ Ga, aku
tidak mau. Aku akan berusaha mati-matian
untuk sukses walau harus mengorbankan diri menyelesaikan kuliah,”ungkapnya
dengan nada tegar.
Sulit
memang, selain memikirkan biaya kuliah, Ardi juga harus memikirkan biaya
kos-an dan biaya hidup dirinya di kota Padang yang sangat tinggi. Cukup lama
kami berdiskusi pagi itu. Dari kejauhan sudah terlihat, Oki dan Tono berlari
menuju ke arah kami. Sepertinya baru menyadari
kehadiran sosok Ardi dari kejauhan. Pukul 10.00, semua teman sudah
berdatangan. Mereka bersalaman dan bertanya banyak pada Ardi tapi beliau hanya
menjawab, kerinduan di kampung telah hampir melupakan dirinya untuk ke Padang.
****
" InsyaAllah, jurusan akan merekomendasikan anda menerima Beasiswa Bank Indonesia Untuk Mahasiswa
Berprestasi tahun ini, mudah-mudahan bisa membantu meringankan biaya hidup
selama semester 5 dan 6 ini " ungkap ketua Jurusan Biologi Pak Prof. Dr.Anton,M.Si saat Ardi mengeluhkan kendala yang ia hadapi di ruang jurusan pagi itu.
Diakui,
dengan nilai IPK yang rata-rata 3, 75 telah memberikan kepercayaan banyak orang
akan kualitas dirinya. Bahkan beberapa dosen, banyak menitipkan anak-anaknya untuk belajar
privat bersama Ardi. Tentu saja honor yang didapatkan lumayan untuk mengurangi beban biaya hariannya.
Sukses mendapatkan beasiswa , dirinya tak mau berleha-leha lagi.
Selain fokus kuliah, dirinya juga aktif dalam kegiatan organisasi dan jurnalistik
(menulis). Hobi menulis ia dapatkan pada
masa SMA. Di sela-sela kesulitan ekonomi kala itu, dirinya masih
bisa mempertahankan rangking 3 besar di sekolah serta sukses mengharumkan
nama sekolah dalam lomba menulis cerpen remaja sebagai peserta terbaik tingkat Provinsi Bengkulu tentang Impianku ke Negeri Sakura. Prestasi menulis cerpen kembali berhasil ia
dapatkan, ketika
cerpennya tentang Kekasih Malam,
diterbitkan oleh Majalah Annida tahun 2005.
Walau aktif mencari tambahan biaya hidup di Kota Padang, Ardi tetap bisa menempatkan diri
untuk fokus kuliah. Bahkan kepercayaan dosen juga semakin bertambah akan
kualitas dirinya. Tahun 2004, dirinya dimasukan
sebagai salah satu tim pembina Training Sains Centre yang menangani dunia Olimpiade
Sains Nasional (OSN) untuk SMP dan SMA tingkat Sumatera Barat. Berkat kegigihan, keuletan dan keilmuannya
yang luas, siswa didikannya yang bernama Ihsan asal SMA N 1 Padang Panjang
berhasil mendapatkan medali emas tingkat Nasional dan medali perak pada ajang
International Biology Olympiad (IBO) tahun 2005 di Beijing, China.
Kemampuan
mengajarnya sangat bagus, karena pemahamannya luas dan juga sangat
rajin membaca ragam buku pelajaran. Dengan banyak prestasi
dan IPK yang tinggi, ternyata tidak menjadikan dirinya sombong. Bahkan
rutinitas puasa Senin dan Kamis serta berjalan sepanjang 2 Km setiap
hari menuju kampus tetap dilakukan. Karena baginya, sewaktu-waktu bisa saja biaya
kuliahnya terganggu jika terlalu boros dengan
anggaran.
Berkat
kegigihannya, pertengahan tahun 2005 Putra sukses
menyelesaikan kuliah S1-nya dengan IPK 3,79 berstatus
lulusan terbaik UNAND. Ini menjadi daya tarik Wakil Gubernur Sumatera
Barat Prof. Dr Marlis Rahman, M. Sc kala itu, membantu Putra
melanjutkan studi S2 melalui pemberian Beasiswa Mahasiswa Berprestasi di kampus yang sama. Dalam tempo 1 tahun 8 bulan, tahun 2008 studi S2 ia selesaikan dengan
predikat lulusan terbaik S2 UNAND dengan IPK 4,00.
Kebahagian Ardi semakin bertambah, saat dilaksanakannya tes CPNS Dosen
Biologi UNAND tahun 2008, dimana dirinya berhasil lulus sebagai salah satu peserta yang mampu menyisihkan puluhan sarjana magister biologi lainnya yang ikut. Kefasihannya dalam bahasa
Inggris dan penguasaan akan bidang studi Fisiologi
Hewan menjadi dasar utama kebutuhan penerimaan dosen kala itu. Beliau
berhasil lolos karena dianggap calon yang sangat menguasai
bidang studi yang dibutuhkan.
Kualitasnya
yang bagus, diikuti dengan dedikasi yang kuat untuk melakukan perubahan,
menyebabkan dirinya dibutuhkan hampir banyak instansi
Pendidikan. Di kalangan pelajar SMP dan SMA, dirinya dilibatkan untuk tim pembinaan
pelajar ke tingkat nasional dan internasional. Di kalangan mahasiswa, aktif
membina mahasiswa ke ajang olimpiade ON MIPA. Sedangkan di institusi kampus lainnya, dia dibutuhkan menjadi dosen luar biasa di STAIN Batu Sangkar dan perintis salah satu
kampus STIKES swasta di kota Padang.
Bakti pada orang tuanya tetap sangat terlihat. Saat dirinya dinyatakan lolos
menjadi Dosen kedua orangtua diajak berekreasi ke Kota Padang. Sebuah kebanggaan sangat dirasakan orang tuanya, walau seorang buruh tapi
dia sukses mendidik anak-nya menjadi pribadi yang berdikari. Adik paling bungsu pun sudah
menjadi tanggungannya, hingga menyelesaikan S1 tahun 2011.
Aku memang sudah
jarang bertemu sejak 3 tahun terakhir, kecuali sebatas
kabar via telepon dan facebook. Aku yang saat ini menjadi guru di Pondok
Pesantren Diniyyah Muara Bungo terkadang meminta bantuan beliau via email agar mengirimkan soal-soal Olimpiade Sains Nasional (OSN) Biologi dalam pengembangan kualitas anak didikku. Berkat arahan dan bimbingan beliau, aku
termotivasi untuk menyukseskan mereka.
Hal ini
terbukti, tahun 2012 aku sukses mengantarkan Santri MA Diniyyah Muara Bungo meraih juara I OSN tingkat SMA se-Kabupaten
Bungo dan Finalis LKTI Biologi tingkat Sumatera tahun 2012 di Universitas Andalas.
Selain itu, anak didikku di SMP IT Al Azhar 3 Muara Bungo juga sukses
mewakili Kabupaten Bungo dalam ajang Olimpiade Sains Nasional tingkat Provinsi
Jambi. Kedua sekolah itu merupakan yayasan yang sama dimana menjadi tempat aku
mengabdikan ilmu dan karyaku. Kesuksesan lain dari pengaruh peran dia adalah, para santriku
mulai banyak diterima di kampus favorit yang selama ini dianggap suatu mimpi
bagi mereka.Beberapa
diantaranya diterima di STT Telkom Bandung, UNAND, UNP, UNRI, UNJA, UIN Sultan
Syarif Kasim, dan kampus swasta favorit lainnya di Pulau Jawa. Aku sadari, peran Ardi punya andil mengubah
dan memotivasiku agar sukses mendidik anak-anak bangsa
di sebuah kota kecil Muara Bungo ini.
Bahkan kesalutanku bertambah, walau sudah menjadi seorang dosen, dia masih
menyempatkan diri membina anak-anak SMP dan SMA melalui program pembinaan OSN.
Semangatnya semakin meluap, jika beliau mengetahui ada anak didiknya yang kurang mampu. Karena ia sudah menyadari betapa
banyak kesulitan yang dialami seorang anak ketika menghadapi masalah itu. Dia
akan banyak memotivasi, setiap anak tak mampu agar tetap memberikan prestasi
belajar walau tekanan ekonomi terus menekannya.
“ Prestasi itulah yang akan menyelamatkan diri
seorang anak tak mampu bisa keluar dari tekanan thidup yang ia alami,” pesannya
selalu padaku dalam mendidik anak sekolah.
Sebuah pesan masuk ke inbox facebookku. “ Oii..Putra Buana, alhamdulillah saya sekarang sedang mengikuti program Doktor fisiology
Organ di Jichi Medical University,
Jepang melalui beasiswa program
research assistan,”. Sebuah puncak kesuksesan, atas kerja keras yang
telah ditempuh
selama ini. Impian ke Negeri Sakura, menjadi sebuah kenyataan.
(*)
NB. Cerpen ini terinspirasi atas perjalanan hidup seorang Dosen Biologi Universitas Andalas. Nama-nama dan beberapa gaya bicara bersifat fiktif, namun subtansi perjalanan hidup tokoh adalah nyata.
Komentar
Posting Komentar