Peningkatan daya nalar kritis peserta
didik Fase E melalui model pembelajaran Project
Based Learning di MAS Diniyyah Muarabungo Jambi
Oleh. Sunandar, S.Si
Bernalar
kritis merupakan sebuah harapan jangka panjang yang sangat diinginkan dalam
proses pendidikan anak bangsa abad 21. Tak dapat dipungkiri, kompleksitas
tantangan masa abad ini sangat menuntut ketersediaan generasi cerdas dan
bernalar kritis agar mampu menyesuaikan diri dengan ragam tantangan zaman
tersebut. Kondisi ini sudah dibaca oleh para pemangku kebijakan negeri ini
dengan mereformasi kurikulum pendidikan nasional. Kurikulum yang tidak hanya
melihat sisi pengembangan aspek kognitif dan psikomotorik semata tetapi
perlunya penguatan sisi afektif (sikap) profil pelajar pancasila yang menjadi
nilai jati diri asli bangsa Indonesia itu sendiri. Diantaranya; beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinnekaan global, gotong royong,
kemandirian, kreatif dan bernalar kritis itu sendiri. Adanya kemampuan bernalar
kritis menjadi titik vital tersendiri di saat anak bangsa dihadapkan ragam
tantangan nilai-nilai yang datang dari dunia luar.
Kebutuhan
menghasilkan generasi bernalar kritis pada hakikatnya adalah mendukung tujuan
utama pendirian negara ini yang telah termaktub dalam pembukaan UUD 1945 pada
alinea keempat yaitu, mencerdaskan kehidupan berbangsa. Harapannya akan terlahir
sumber daya manusia yang unggul sehingga dapat mencapai kehidupan yang adil,
makmur dan sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kesiapan melahirkan generasi bernalar kritis
dalam satu kesatuan karakter bersama dalam profil pelajar pancasila lainnya
telah menjadi keharusan. Generasi yang dimaksud tentu saja generasi yang saat
ini sedang menimba pendidikan di dunia sekolah dasar dan menengah yang lebih
dikenal dengan istilah generasi Z.
Nasib bangsa pada masa 15 sampai 30 tahun mendatang, akan sangat ditentukan
terhadap penguatan kualitas mereka yang kita lakukan pada saat ini di bangku
sekolah. Salah satu benteng pondasi yang diharapkan adalah tumbuh dan
berkembangnya daya nalar kritis. Jika mereka tidak dipersiapkan hal itu, maka
konsekuensi nasib mereka kelak akan tergilas dan tersingkir dengan sendirinya
di tengah hegemoni globalisasi yang
kuat. Bisa saja mereka seakan menjadi terasing dan tamu di tanah milik moyang mereka
sendiri.
Kemampuan
bernalar kritis merupakan salah satu profil pelajar pancasila yang sedang
dikembangkan dalam kurikulum merdeka belajar yang telah dituangkan pada
Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2020-2024. Salah satu cara pengembangan daya bernalar kritis pada
kurikulum merdeka tersebut adalah adanya penerapan melalui model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) terhadap
para peserta didik di sekolah atau madrasah.
Secara
penilaian pribadi saya sendiri, konsep
model PJBL ini sangat menarik, meskipun terkesan awalnya disikapi pesimis
sebagian para guru, termasuk saya sendiri. Ada kesan, seakan perubahan
kurikulum yang sering terjadi di negeri ini hanya semacam proyek kepentingan
rezim penguasa semata disebabkan seiring bergulirnya kepemimpinan baru di
negeri ini. Termasuk kesan terhadap kurikulum baru saat ini, yaitu; kurikulum
merdeka belajar yang mengembangkan salah satu ruh model pembelajaran PJBL di
dalamnya.
Sebelum
mengenal PJBL, saya selalu merasa optimis dengan pengalaman saya yang telah mengajar
mata pelajaran Biologi selama 15 tahun di MAS Diniyyah Muarabungo Jambi.
Pengalaman yang cukup lama itu dirasa sudah mumpuni dalam mentransfer
pengetahuan kepada peserta didik yang selalu silih berganti setiap tahunnya.
Saya merasa keukeh tidak perlu terlalu
tergerus dengan perubahan kurikulum apapun yang dikembangkan pemerintah.
Berbekal
pengalaman mengajar lama dengan totalitas mentransfer seluruh materi biologi
yang terpusat (Teacher Centre) kepada
peserta didik, dirasa telah cukup sukses menghasilkan peserta didik-peserta
didik yang berprestasi pada ajang Olimpiade Biologi selama delapan tahun
terakhir ini. Dengan capaian tersebut, merasa tidak perlu mengubah cara
mengajar saya yang terkesan dianggap konvensional bagi pemerhati pendidikan
masa kini. Bagi saya, setiap model pembelajaran pada dasarnya tujuan sama saja, yaitu; mentransfer ilmu dari guru ke peserta
didik, hanya saja teknis penyampaiannya saja yang sedikit berbeda. Kalau
tujuannya sudah sama, berarti tidak masalah memakai metoda terbaik yang telah
kita terapkan selama ini.
Selama
ini saya selalu memberikan materi Biologi melalui dengan metoda ceramah. Seiring
waktu, saya mulai menyadari. Meskipun beberapa peserta didik binaan saya mampu meraih
banyak prestasi Biologi, ternyata persentase itu masih sedikit dibandingkan
jumlah keseluruhan anak didik yang mengikuti proses pembelajaran Biologi bersama
saya. Hanya ada sekitar 15 persen saja
yang mampu berprestasi tinggi, selebihnya hanya berkemampuan biasa saja bahkan
ada yang mencapai dibawah standar. Hal yang lebih mengherankan lagi, mereka
yang berprestasi tersebut ternyata hanya mampu mengembangkan wawasan pengetahuan
sebatas hafalan saja, selebihnya masih sangat kurang mengembangkan analisa
menghadapi soal-soal yang bernalar tinggi. Hal ini terbukti, pada saat mereka
mengikuti ajang Olimpiade Biologi pada level provinsi ke atas, selalu gagal meraih
juara tiga besar.
Saya
mencoba mengkaji akar permasalahannya. Ternyata soal-soal yang mereka hadapi
bukan soal-soal bersifat hafalan tetapi sudah menuntut kemampuan menganalisa
yang lebih dikenal dengan soal HOTS. Tentu
saja, soal-soal HOTS tersebut hanya mampu dijawab oleh para peserta didik yang
sudah terbiasa memiliki daya nalar kritis melalui penempaan proses belajar yang
mendukung pengembangan analisa berpikir yang kritis.
Saya
bersyukur !. Pada pekan terakhir bulan Juli 2022, saya mendapatkan kesempatan
mengenal lebih dalam kurikulum merdeka belajar melalui Program Profesi Guru
(PPG) Daljab 2022 di Universitas Muhammadiyah Malang. Program yang berlangsung
selama 50 hari ini telah saya lalui hampir selama 30 hari sampai saat ini.
Tentu saja, kurikulum merdeka ini baru pertama kali saya dapatkan, mengingat
saya yang berasal madrasah swasta selama ini selalu kesulitan mendapatkan
kesempatan mengikuti pelatihan kurikulum pemerintah.
Sebuah
aura pencerahan baru terkait model pembelajaran telah membuka kebuntuan cara
berpikir dalam mengatasi persoalan yang saya alami selama ini. Paradigma
berpikir saya selama ini, setiap generasi itu sama saja tantangannya sehingga
tidak perlu mengubah cara mengajar terhadap mereka. Ternyata paradigma itu
adalah kesalahan terbesar saya lakukan selama ini.
Generasi
yang saya hadapi saat ini sebenarnya memiliki tipikal dan psikologis yang
berbeda dengan generasi-generasi masa saya atau peserta didik-peserta didik
yang pernah saya ajarkan pada masa-masa awal dahulu sebelumnya. Generasi saat
ini yang lebih dikenal dengan generasi Z adalah generasi abad 21 yang
terpengaruh dengan tantangan arus globalisasi. Mereka sangat mudah mendapatkan
pengetahuan dimana saja tanpa melalui guru. Cukup searching Google, Youtube dan beberapa jurnal ilmiah lainnya,
segala informasi pengetahuan penting dipastikan telah mereka dapatkan. Bahkan
pengetahuan yang didapatkan itu, terkadang mengalahkan pengetahuan yang
diketahui guru pada beberapa persoalan tertentu.
Disinilah
saya menyadari, model pembelajaran berbasis ceramah atau Teacher Centre ternyata tidak tepat diterapkan pada zaman ini
karena pengetahuan yang mereka dapatkan bisa lebih luas dari apa yang diajarkan
guru. Disinilah peran guru harus diubah menjadi fasilitator yang mampu
mengarahkan mereka pada kemandirian belajar dan berdiskusi sehingga menumbuhkan
daya nalar kritis ke depan. Itulah model pembelajaran yang berpusat pada siswa
(Student Centre) yang menjadi gaya
kurikulum merdeka belajar abad 21.
Saat
kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) aksi pertama, saya coba menerapkan
model pembelajaran PJBL yang menjadi bagian kurikulum merdeka belajar.
Penerapan saya lakukan secara luring terkait materi “keanekaragaman hayati dan
peranannya” pada kelas 10 (Fase E). Target hasil akhir PJBL ini adalah peserta
didik mampu membuat produk kunci identifikasi tumbuhan berbiji berupa video
atau poster yang sangat membantu banyak orang mengenal lebih jauh terkait ragam
karakter tumbuhan tersebut. Beberapa sintaks
PJBL coba saya terapkan, mulai dari tahap mengajukan pertanyaan mendasar, tahap
mengorganisasikan kelompok diskusi, tahap mendesain perencanaan proyek, tahap
memonitor pelaksanaan proyek, tahap pengujian produk melalui presentasi di
depan kelas, dan tahap terakhir refleksi pengalaman mereka dalam pembuatan
proyek tersebut.
Alhasil,
saya melihat suasana hidup penuh semangat dan kegembiraan saat proses pembelajaran
mereka. Adapun video penerapan PJBL yang telah saya lakukan dapat dilihat pada
link berikut; https://youtu.be/i6UkGW0TcEk.
Semangat berdiskusi mereka dalam mencari solusi terbaik, saling adu argumentasi
meyakinkan antar sesama, dan kreatifitas
produk proyek dihasilkan yang menarik benar-benar terlihat. Suasana
pembelajaran tersebut telah mampu merangsang daya nalar kritis mereka saat
menilai produk sendiri dan produk yang dimiliki kelompok lain. Tentu saja semua
sikap dalam proses pembelajaran yang mereka lakukan tersebut tetap dikontrol
melalui penerapan karakter profil pelajar pancasila.
Tidak
hanya aspek produk proyek yang dihasilkan saja, ternyata peningkatan daya nalar
kritis mereka juga terlihat saat menjawab soal essay formatif level HOTS yang
diberikan pada pertemuan akhir pembelajaran. Jawaban-jawaban dari soal essay tersebut
penuh dengan ragam alasan dan berwawasan yang cukup luas. Tidak seperti masa
generasi sebelumnya, kebanyakan soal dijawab dengan lebih singkat dan seragam
disebabkan lebih mengedepankan hafalan semata.
Disinilah
saya menyadari, model PJBL pada kurikulum merdeka belajar telah mampu
menghidupkan semangat belajar generasi anak bangsa saat ini di madrasah tempat
saya mengajar. Meskipun ini baru pertama kali diterapkan saat kegiatan PPL,
tetapi saya merasakan ini sebuah energi positif yang membuka wawasan baru saya
untuk menerapkan model pembelajaran ini selalu ke depannya. Tentu saja,
pengetahuan ini akan saya tularkan pada teman-teman sejawat. Harapannya,
peningkatan daya nalar kritis siswa semakin lebih baik sehingga mampu menambah
daya saing peserta didik dengan dunia luar nantinya. Doakan kami konsisten ya !
Salam Merdeka
Belajar !
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal PAUD Dikdas dan Dikmen
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. 2022. Profil
pelajar Pancasila. Jakarta
Fauzi, Ahmad. 2022. Merancang dan Mengimplementasikan Pembelajaran Berbasis Proyek. https://youtu.be/dPhKXk61Bu4
Katiksimajolelo,Sunandar. 2022. PPL Biologi Aksi 1
PPG DALJAB 2022: PJBL Luring. https://youtu.be/i6UkGW0TcEk
Kurniasih, Wida. 2022. 4
Tujuan Negara Indonesia berdasarkan Undang-Undangn Dasar 1945.https:// www.gramedia.com
Kusumah, Wijaya. 2021. Apa bedanya student center dan teacher center ?. https://kompasiana.com